Kamis, 26 November 2015

ORIENTASI PENGELOLAAN PIK REMAJA/MAHASISWA BAGI PENGELOLA PROGRAM GENRE DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2015


ORIENTASI PENGELOLAAN PIK REMAJA/MAHASISWA BAGI PENGELOLA PROGRAM GENRE DI KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2015



A.    Tujuan
  1. Umum
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola Program PKBR di Kab Wonosobo dalam rangka peningkatan peran dan fungsi PIK Remaja/Mahasiswa.
  1. Khusus
1.      Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan komitmen Pendidik Sebaya ( PS ) dan Konselor Sebaya ( KS ) terhadap Program PKBR dan pengembangan PIK Remaja Unggulan.
2.      Meningkatkan peran serta PS dan KS dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan PIK Remaja Unggulan.

B.     Hasil Yang Diharapkan
1.      Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan komitmen Pendidik Sebaya ( PS ) dan Konselor Sebaya ( KS ) terhadap Program PKBR dan pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa Unggulan.
2.      Meningkatnya peran serta PS dan KS dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan PIK Remaja/Mahasiswa Unggulan.

C.    Peserta
Peserta kegiatan terdiri dari 20 orang Pengelola,Pendidik dan Konselor  Sebaya dari perwakilan 4 PIK Remaja/Mahasiswa Tegar Model di Kabupaten Wonosobo.




D.    Waktu
Hari                  : Kamis
Tanggal            : 11 Juni 2015
Tempat             : Resto Ongklok Bugangan

E.     Materi
Materi yang disampaikan dalam kegiatan Orientasi Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa bagi Pengelola Program Genre di Kabupaten Wonosobo sebagai berikut :
No
Materi
Alokasi Waktu
Pengampu
1
Mekanisme Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
2 Jam
Ponco Instinah, S. Sos
2
Refleksi Kegiatan PIK Remaja/Mahasiswa
2 Jam
Muhammad Asfiani
3
Optimalisasi Peran Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya
2 Jam
Mukharom
4
Tekhnik Advokasi, Fasilitasi dan KIE PIK Remaja/Mahasiswa
2 Jam
Drs. T. Agus Nugraha

Minggu, 06 Juli 2014

GADIS COKELAT

ilustrasi ; Google
Pelangi masih membentang di ujung langit sore. Bau khas daun basah merebak diantara desir angin hantarkan sang waktu pada senja nan syahdu. Lelaki berlesung pipi itu menghela nafas panjang. Sudah tiga hari ini sepucuk surat bertinta biru mengubahnya menjadi pendiam.
  
Sungguh ia masih ingin menikmati hari-hari kebersamaan. Tapi belum saatnya kejadian ini hadir, Nania sudah terlanjur memutuskan.

“Maaf kita putus.” Begitu bunyi pesan Nania pada baris terakhir.

***

“Si Gadis Cokelat ya? Cantiknyaa!” seru Gun saat Rio mengklik album foto adik angkatnya di facebook.

“Iya. Gadis cokelat yang cantik! Tapi…”

“Tapi kenapa ?” ucapan Rio membuat Gun penasaran.

“Ng… enggak. Udah lama gue enggak ada yang nawarin sebatang cokelat. Gue cuma mau tahu kabarnya, syukurlah dia baik-baik saja.”

“Oooh, cinta terpendam nih ceritanya ?” ledek Gun.

“That’s impossible! Biarpun gue dan Nania saudara angkat dan sah-sah saja berhubungan layaknya orang pacaran, tapi gue udah anggap dia adik sendiri, Bro. Jauh sebelum Papa Anwar meninggal,” tegas Rio.

“Oke. Kalau begitu gue aja yang pacarin dia, ya! Gimana?”

Rio termenung sesaat. Bagaimana ia harus menceritakan pada sahabatnya tentang kondisi Nania yang sesungguhnya? Sejak menjadi yatim piatu keberadaan Nania menjadi sengketa tersendiri di keluarga besar orangtuanya. Seringkali Nania tidak pulang ke rumah demi menghindari para Om dan Tante yang ingin menguasai semua peninggalan Papanya.

Sebagai anak adopsi di keluarga itu Rio tidak punya hak apa-apa. Kalaupun ia disuruh hengkang dari showroom mobil, perusahaan yang diamanatkan papa angkatnya dulu, ia akan menurut saja. Yang penting Nania. Tidak ada satu orang pun yang boleh menyakitinya.

Tapi sudah lima bulan ini Rio baru merasa kehilangan. Serbuk haram telah menggerogoti tubuh adik angkat tersayangnya itu. Kini Nania menggantungkan hidupnya pada narkoba.

“Serius lo, mau pacarin dia?” tanya Rio pada Gun.

“Ya seriuslah, apa tampang gue ini kurang meyakinkan?”

“Dia ‘pemakai’, Bro…” ungkap Rio pelan.

Glekk! Gun tercenung sesaat. Lalu tersenyum lebar menampakkan lesung pipinya.

“So what Bro? Kan kita bisa kirim dia ke tempat rehabilitasi.”

Rio hanya menggelengkan kepala. Tak pernah terpikirkan menyerahkan Nania ke tempat yang disarankan sahabatnya itu. Sungguh, ia menyayangi Nania seperti adiknya sendiri.

“Terserah deh. Gue percaya lo, Bro!”

***

Nania menyambut Gun dengan segenap hati. Tak ada yang diragukan dari cinta lelaki berlesung pipi itu. Hari-hari menjadi berubah warna baginya. Terkadang bagai angkasa malam yang selalu bertabur bintang, kadang pula seperti bumi yang berlimpah sorot purnama. Hanya satu kata untuk suasana hati Nania sejak Rio mengenalkan Gun beberapa waktu lalu. Indah.

Hingga suatu hari saat mereka berbincang dalam mobil. Sementara Gun berada di depan kemudinya, Nania tak sengaja melihat foto pengumuman sebuah acara di smart phone kekasihnya.

“Kamu mau ngapain?” Nania memperlihatkan tulisan di layar smart phone.

“Biasaaa. Kopdaran sama temen-temen,” jawab Gun santai. Dalam benak ia berpikir mungkin kini saatnya menyadarkan Nania.

“Mm, maksud kamu?”

“Ya, selain sebagai karyawan, aku kan juga seorang Blogger.”

“Trus apa hubungannya Blogger sama…” Nania menghentikan kalimatnya. Lidahnya mendadak kelu.

“Kenapa? Kok kayak orang bingung? Jelas-jelas ini tertulis PERAN BLOGGER REPORTER DALAM MEMBERANTAS PENYALAHGUNAAN NARKOBA,” Gun coba menangkap gelisah di raut wajah Nania.

“Kamu ikut ya?” ajak Gun mencairkan suasana.

Nania menggeleng cepat, “Oh, aku kan bukan Blogger!”

“Nggak masalah. Yang penting kan informasinya. Sekarang itu peredaran narkoba sudah merajalela. Banyak korban di mana-mana. Tua, muda, remaja, bahkan anak-anak. Apalagi yang sudah kecanduan. Tinggal tunggu over dosis, malaikat maut dateng deh!” pancing Gun dengan nada bercanda.

Nania menyembunyikan wajah gusar dengan terus mengutak-atik smart phone kekasihnya itu. Sungguh, ia tak mau Gun tahu!

“Kasian ya kalau sampai over dosis. Biasanya para pemakai itu hanya ingin terbebas dari masalah yang mengekang hidupnya,” ucap Nania lirih tanpa mengangkat wajah.

“Itulah ironinya. Mereka tidak berpikir panjang bahwa dengan mengonsumsi narkoba justru masa depannya sedang terancam. Lihat berapa banyak sudah orang mati sia-sia? Masyarakat juga banyak yang belum tahu. Bahwa orang-orang yang sudah kecanduan itu seharusnya dibawa ke rehabilitasi untuk disembuhkan. Bukan ke kantor polisi untuk dipenjara.”

“Apa bisa sembuh?” tanya Nania serius. Gun mengangguk pasti.

“Harus bisa!” tegas Gun singkat.

“Tapi aku nggak bisa…” ucapan Nania yang melemah membuat Gun menghentikan mobilnya di tepi jalan.

“Ada apa Nania?” tanya Gun pelan.

“Aku nggak ngerti ya! Aku kok merasa kamu sedang menyudutkan aku.”

“Loh, siapa yang menyudutkan kamu? Dari tadi kan kita bahas acara bareng temen-temen Bloggerku.”

Nania terdiam. Rautnya berubah emosi. Pandangannya tajam mengarah ke terotoar jalan. “Aku pemakai, Gun. Tapi jangan paksa aku untuk berhenti!”

Gun tertunduk sadar. Terntata belum saatnya ini dibicarakan. Ia hanya tidak ingin Nania semakin bergantung pada obat terlarang itu.

***

Sore semakin mendung. Gun masih memandangi kertas bertinta biru itu. Wajahnya nampak murung. Beberapa detik kemudian dia meremas kertas itu. Baru saja akan dilemparnya remasan kertas itu ke ranjang sampah. Tuba-tiba terdengar suara berseru.

“Tunggu….!” tampak Rio berlari ke arahnya.

“Gue harus menghargai keputusan Nania, Bro! ” suara Gun bergetar. Remasan kertas tadi dilemparkannya ke Rio.

Rio menangkap dengan sigap. “Serius lo, Bro?”

Gun tercenung. “Entahlah. Mungkin memang cara gue yang salah!”

“Hahaa… gue baru tau lo bisa mellow juga, Bro. Nih, ada titipan cokelat. Ada suratnya pula. Bacalah!” gantian Rio kini yang melempar.

Gun membukanya dengan setengah heran.

Hai, Gun. Apa kabar?

Ini cokelat buatmu. Terimakasih sudah membuatku tersadar.

Bersamamu aku utuh!


Love,

Nania

“Oh, my Goodness!” Gun mengecup surat Nania.

“Dia ada di RSKO,” seru Rio tanpa ditanya.

“Oke, gue ke sana dulu ya, Bro!”

“Sip!”

***

Sumber : http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/02/27/gadis-cokelat-cerpen-remaja-bertema-narkoba-638121.html

RAMADHAN TERSENYUM

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah : “apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnay Allah Maha Mengetahui.” (al-Baqarah :215)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya di Bulan yang penuh berkah ini, Remaja Wonosobo bersama berbagai pihak dapat membantu adik adik kita di Panti Asuhan Al Manan Desa Kebrengan Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo.
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang paling mulia karena bulan Ramadhan merupakan bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga, Ramadhan merupakan bulan santunan, bulan yang dimana Allah melapangkan rezeki setiap hamba-hamba-Nya, barangsiapa yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan mendapat balasan berlipat ganda.
  Dengan telah terlaksananya baik santunan dan buka bersama Anak yatim dan yatim piatu, maka bersama ini izinkan kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh Donatur, yang telah membantu dan menyalurkan sebahagian rezkinya kepada yang Alhamdulillah dan Insya Alloh kami salurkan sesuai amanat Bapak / Ibu / saudara dan saudari sekalian yang juga Alhamdulillah anak anak yatim dan yatim piatu yang akan kami santuni telah hadir di tengah tengah kita.
Kami atas nama Pengurus Forum PIK Remaja Wonosobo (FRW) mengucapkan banyak banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi santunan kepada adik adik kami di panti asuhan Al Manan, semoga bisa bermanfaat bagi mereka. Semoga amal baik bapak-ibu sekalian, dijadikan sebagai amal sholeh dan dapat ganjarannya di sisi Alloh SWT. Amin
Izinkan saya atas nama pribadi, maupun atas nama Pengurus Forum PIK Remaja Wonosobo (FRW) mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh saudara saudara saya, yang telah berkenan menghadiri dan memenuhi undangan kami untuk buka puasa bersama sama dengan anak yatim dan yatim piatu, sebagai wujud serta mewujudkan cinta kasih sayang kita serta turut merasakan dan turut meringankan penderitaan anak anak kita yang baik ayah maupun ayah bundanya yang telah mendahuluai kita dipanggil Alloh SWT.
Semoga organisasi ini dapat membawa kehidupan ke arah yang lebih baik dan berguna bagi sesama.

Rabu, 25 Juni 2014

PERILAKU MENYIMPANG

1.      Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang dieskspresikan oleh seorang / beberapa orang anggota masyarakat yang secara disadari / tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah diterima oleh sebagian anggota masyarakat.

   2.      Definisi Menurut Para Ahli
   1.)    Robert M.Z. Lawang, berpendapat bahwa penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang/normal.
2.)     James Vander Zarden, berpendapat bahwa penyimpangan adalah merupakan perilaku yang oleh sejumlah orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.
3.)    Kartini Kartono, berpendapat bahwa penyimpangan adalah merupakan tingkah laku yang menyimpang dengan kehendak-kehendak masyarakat/ kelompok tertentu dalam masyarakat.
4.)    Paul B. Horton, berpendapat bahwa setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

3.      Teori-teori Penyimpangan Sosial
Ada beberapa teori tentang penyimpangan, antara lain:
1)      Teori Differential Association (pergaulan berbeda)
Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland yang berpendapat bahwa penyimpangan  bersumber pada pergaulan berbeda. Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya.
Contoh: Proses menghisap ganja dan perilaku homoseksual.

2)      Teori Labelling
Teori ini disampaikan oleh Edwin M. Lemerd yang berpendapat bahwa seseorang yang telah melakukan penyimpangan pada tahap primer (pertama) lalu oleh masyarakat sudah diberi cap sebagai penyimpangan, maka orang tersebut terdorong untuk melakukan penyimpangan skunder (tahap lanjut) dengan alasan “kepalang tanggung”.
Contoh: Seorang yang pernah sekali mencuri dengan alasan kebutuhan, tetapi kemudian oleh masyarakat dijuluki penduri, maka ia akan terdorong menjadi perampok.
3)      Teori Merton
Teori ini dikemukakan oleh Robert K Merton adalah perilaku penyimpangan merupakan bentuk dari adaptasi terhadap situasi tertentu. Merton mengidentifikasi 5 cara adaptasi, diantarnya:
a.        Komformitas, adalah perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut atau cara konvensional dan melembaga.
Contoh: Seorang anggota kelompok etnis Aceh berperilaku sebagai orang Aceh.
b.        Inovasi, adalah perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan oleh masyarakat, tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.
Contoh: Penggunaan obat bius pada dokter untuk tujuan membius orang yang akan dioperasi itu boleh tetapi jika disalahgunakan merupakan perbuatan yang menyimpang.
c.        Ritualisme, adalah perilaku yang telah meninggalkan tujuan budaya, tetapi masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan oleh masyarakat.
Contoh: Upacara di Ngaben di Bali.
d.       Retretism, (pengasingan diri), adalah perilaku yang meninggalkan, baik tujuan konvensional maupun cara pencapaiannya.
Contoh: Pecandu obat bius, pemabuk, gelandangan.
e.        Rebellion (pembenrontakan), adalah penarikan diri dari tujuan dan cara-cara konvensional yang disertai dengan upaya untuk melembagakan tujuan dan cara baru.
Contoh: Para reformotor agama.

4)      Teori Fungsi
Teori ini dipelopori oleh Emile Durkhem adalah bahwa kesadaran moral dari semua masyarakat adalah faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.
Contoh : Orang yang orang tuanya penjahat, dan tinggal dilingkungan yang tidak baik maka ia berpeluang besar untuk jadi penjahat
5)      Teori Konflik
Teori ini dikemukakan oleh Karl Marx yang berpendapat bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Menurut Marx perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri dan hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa, dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
Contoh: Banyak pengusaha besar melakukan pelanggaran hukum tetapi tidak diajukan ke pengadilan.

4.      Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang
a.        Penyimpangan primer
Adalah penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang.
Ciri-ciri penyimpangan primer, antar lain:
a)      Bersifat sementara
b)      Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang.
c)      Masyarakat masih metolelir/menerima
Contoh: Siswa yang membolos atau menyontek pada saat ujian dan pelanggaran peraturan lalu lintas.
b.       Penyimpangan skunder
Adalah perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang.
Ciri-ciri penyimpangan skunder, antara lain:
a)      gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
b)      Masyarakat tidak bisa mentolelir perilaku yang menyimpang tersebut.
Contoh: Pembunuhan, perjudian, perampokan dan pemerkosaan,
c.        Penyimpangan individu
Adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Contoh: Pencurian yang dilakukan sendiri
d.       Penyimpangan kelompok
Adalah penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku.
Contoh: Geng kejahatan atau mafia
e.        Penyimpangan situasional
Adalah suatu penyimpangan yang diperngaruhi bermacam-macam kekuatan/sosial diluar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang.
Contoh: Seorang suami terpaksa mencuri karena melihat anak dan istrinya kelaparan.
f.        Penyimpangan sistematik
Adalah suatu sistem tingkah laku yang disertai organisasi sosial khusus, status formal, peranan-peranan, nilai-nilai, norma-norma dan moral tertentu yang semuanya berbeda dengan situasi umum.
Contoh: Kelompok teroris/jaringan Alkaida, jaringan ini termasuk kelompok yang melakukan penyimpangan sosial yang terorganisir dan sistematis.

5.      Sifat-sifat Perilaku Penyimpang
a.        Penyimpangan positif
Adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif.
Contoh: Seorang ibu rumah tangga dengan terpaksa harus menjadi sopir taksi karena desakan ekonomi.
b.       Penyimpangan negatif
Adalah penyimpangan yang cenderung bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk.
Contoh: Pembunuhan dan pemerkosaan

6.      Faktor-faktor Penyebab Perilaku Penyimpang
Beberapa faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang, antara lain sebagai berikut:
a.        Sikap mental yang tidak sehat
Perilaku yang menyimpang dapat pula disebabkan karena sikap mental yang tidak sehat. Sikap itu ditunjukkan dengan tidak merasa bersalah/menyesal atas perbuatannya, bahkan merasa senang.
Contoh: Profesi pelacur.
b.       Ketidakharmonisan dalam keluarga
Tidak adanya keharmonisan dalam keluarga dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang.
Contoh : Kalangan remaja yang menggunakan obat-obatan terlarang karena faktor broken home.
c.        Pelampiasan rasa kecewa
Seseorang yang mengalami kekecewaan apabila tidak dapat mengalihkannya ke hal yang positif, maka ia akan berusaha mencari pelarian untuk memuaskan rasa kecewanya.
Cotoh : Bunuh diri
d.       Dorongan kebutuhan ekonomi
Perilaku menyimpang yang terjadi karena dorongan kebutuhan ekonomi.
Contoh : Perbuatan mencuri
e.        Pengaruh lingkungan dan media massa.
Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang dapat disebabkan karena terpengaruh oleh lingkungan kerjanya/teman sepermainannya. Begitu juga peran media massa, sangat berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku.
Contoh: Anak kecil yang menonton Smackdown tanpa bimbingan orang tuanya, ia mempraktekannya.
f.        Keinginan untuk dipuji
Seseorang dapat bertindak menyimpang karena keinginan untuk mendapat pujian, seperti banyak uang, selalu berpakaian mahal dan perhiasan yang mewah, atau gaya hidup yang mewah. Agar keinginan itu terwujud, ia rela melakukan perbuatan menyimpang.
Contoh: Korupsi, menjual diri, merampok.
g.       Proses belajar yang menyimpang
Hal ini terjadi melalui interaksi sosial dengan orang-orang yang berperilaku menyimpang.
Contoh: Seorang anak remaja yang sering bergaul dengan kelompok remaja pengguna obat-obatan terlarang atau terlibat perkelahian.
h.       Ketidaksanggupan menyerap norma
Ketidaksanggupan menyerap norma kedalam kepribadian seseorang diakibatkan karena ia menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga ia tidak sanggup menjalankan peranannya sesuai dengan perilaku yang diharapkan oleh masyarakat.
Contoh : Anak dari keluarga broken home tidak mendapat pendidikan yang sempurna dari orang tua, maka anak tidak akan mengetahui hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
i.         Adanya ikatan sosial yang berlain-lainan.
Seorang individu cenderung mengidetinfikasikan dirinya dengan kelompok yang paling ia hargai, dan akan lebih senang bergaul dengan kelompok itu daripada dengan kelompok lainnya.
Contoh : Seorang yang menyukai musik punk maka orang itu akan lebih senang dengan orang-orang yang bergaya dan senang dengan musik punk.
j.         Proses sosialisasi nilai-nilai sub kebudayaan menyimpang.
Perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat dapat disebabkan karena seseorang memilih nilai sub kebudayaan yang menyimpang yaitu suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma budaya yang dominan.
Contoh : Kehidupan dilingkungan pelacuran dan perjudian.
k.       Kegagalan dalam proses sosialisasi.
Proses sosialisasi bisa dianggap tidak berhasil jika individu tersebut berhasil mendalami norma-norma masyarakat keluarga adalah lembaga yang paling bertanggung jawab atas penanaman norma-norma masyarakat dalam diri anggota keluarga.
Ketika keluarga tidak berhasil mendidik para anggotanya, maka yang terjadi adalah penyimpangan perilaku.
Contoh : Jika orang tua terlalu sibuk sehingga kurang memperhatikan anaknya, maka anak itu cenderung akan menjadi anak yang nakal.

7.      Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B. Horton Penyimpangan sosial memiliki 6 ciri sebagai berikut:
a.       Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Suatu perbuatan dikatakan menyimpang jika memang didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan perilaku tersebut.
b.       Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
Perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif. Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti orang jenius yang mengemukakan pendapat-pendapat baru yang kadang-kadang bertentangan dengan pendapat umum. Sedangkan perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebar teror dengan bom atau gas beracun, termasuk penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat.
c.       Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
Pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seorangpun yang termasuk kategori sepenuhnya penurut ataupun sepenuhnya menyimpang. Pada dasarnya semua orang normal sekalipun pernah melakukan tindakan menyimpang tetapi pada batas-batas tertentu.
d.      Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
Budaya ideal disini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat, tetapi dalam kenyataannya tidak seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Akan tetapi peraturan-peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
e.       Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
Apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yag melarang suatu perbuatan yang ingin sekali dilakukan oleh banyak orang, maka akan muncul norma-norma penghindaran, norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.
f.        Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman, kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Di satu pihak masyarakat memerlukan keteraturan dan kepastian dalam kehidupan. Dilain pihak, perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

8.      Dampak Perilaku Penyimpangan Sosial
Ada 4 macam prilaku penyimpangan sosial membawa dampak secara langsung, sebagai berikut:
a.        Dampak psikologis
Dampak psikologis antara lain berupa penderitaan yang bersifat kejiwaan dan perasaan terhadap pelaku penyimpangan sosial, seperti dikucilkan dalam kehidupan bermasyarakat atau dijauhi dalam pergaulan.
b.       Dampak sosial
1)      Mengganggu keamanan dan ketertiban lingkungan sosial.
2)      Menimbulkan beban sosial, psikologis dan ekonomi bagi keluarga.
3)      Menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan sosial dan keluarganya.
c.        Dampak moral (agama)
1)      Merupakan bentuk perbuatan dosa yang dapat mencelakakan dirinya sendiri (si pelaku penyimpangan sosial) dan orang lain.
2)      Merusak akal sehat sehingga dapat mengganggu ketentraman beribadah.
3)      Merusak akidah (keyakinan dasar), keimanan, dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d.       Dampak budaya
1)      Menimbulkan drug subculture yang dapat mencemari nilai-nilai budaya bangsa.
2)      Merupakan bentuk pemenuhan dorongan nafsu sepuas-puasnya/ konsumsi hedonis.
3)      Merusak tatanan nilai, norma, dan moral masyarakat bangsa.
4)      Merusak pranata (lembaga masyarakat), lembaga budaya bangsa dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku seseorang di lingkungan masyarakat.

9.      Upaya Pencegahan Perilaku Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial merupakan permasalahan nyata yang ada dalam kehidupan di dunia ini. Dan ada beberapa upaya-upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial yang dapat dilakukan oleh beberapa pihak.

a.        Peran Guru (Sekolah)
1.      Memperhatikan tingkah laku siswa yang terlihat menyimpang.
2.      Sesekali melakukan razia di kelas yang teridentifikasi menyimpang.
3.   Mengawasi mantan murid yang dikeluarkan/mendapat peringatan, namun masih sering datang ke sekolah.
4.   Memberi pekerjaan rumah/tugas sehingga tidak ada peluang untuk melakukan perilaku peyimpangan sosial.
b.       Peran Orang Tua (Keluarga)
1.      Mengajak keluarga untuk meningkatkan iman dan takwa.
2.      Memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus.
3.      Mengamati/memperhatikan apabila ada perubahan sikap dan perilaku anak-anaknya.
4.      Menciptakan keluarga yang harmonis.
5.      Mengenali dan memperhatikan teman bermain dan bergaul anak-anaknya.
6.      Menyalurkan hobi dan bakat anak-anaknya secara positif.
7.      Memperhatikan penggunaan waktu luang anak-anaknya.
8.      Menanamkan rasa tanggung jawab dan percaya diri.
c.        Peran tokoh agama dan masyarakat
1.   Mengajak masyarakat sekitar untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan dan warganya, terutama terhadap orang-orang bukan warga yang sering datang di lingkungan pemukiman dan kemudian bergaul dengan anak-anak di lingkungan tersebut.
2. Memberikan pendidikan, pengetahuan, dan nasehat untuk tidak melakukan penyimpangan sosial karena dilarang oleh agama.
3.     Mengisi waktu luang para remaja dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif.
4.  Mengembangkan nilai-nilai moral, agama dan adat istiadat yang ada di lingkungan masyarakat.
5. Mengadakan pertemuan-pertemuan warga untuk membahas permasalahan-permasalahan di lingkungan tempat tinggal.

PUSTAKA
1.       Suprobo, M.Pd. Bambang. 2007. IPS TerpaduJakarta: Erlangga.
2.       Siswanto, S.H. Bambang. 1995. Sosiologi 1. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
3.       Sitorus, Drs. M. 1995. Sosiologi 1A. Bandar Lampung: Erlangga.
4.       Suganda, Aziz. 1997. Sosiologi 1Jakarta: PT. Balai Pustaka.
5.       Santoso, Drs. Agus. 2006. Sosiologi 1Jakarta: Yudhistira.
6.       Sugiarti, S.Pd, Amiek. 2007. LKS Sosiologi. Solo: CV. Haka MJ.
7.       M, Indianto. 2004. SosiologiJakarta: Erlangga.
8.       Soekanto, Soerjono. 1999. SosiologiJakarta: Grafindo Persada.